قَالَ خُذْهَا وَلَا تَخَفْ ۖ سَنُعِيدُهَا سِيرَتَهَا الْأُولَىٰ
(Allah berfirman, "Peganglah ia dan jangan takut) kepadanya (Kami akan mengembalikannya kepada keadaannya)lafal Siiratahaa dinashabkan dengan mencabut huruf Jarnya, maksudnya ke dalam bentuknya (yang semula)kemudian Nabi Musa memasukkan tangannya ke mulut ular besar itu, maka kembalilah kepada keadaan semula yaitu menjadi tongkat lagi. Jelaslah bahwa tempat untuk memasukkan tangannya adalah tempat pegangan tongkat, yaitu di antara kedua rahang ular tersebut. Allah swt. sengaja memperlihatkan hal itu kepada Nabi Musa, supaya ia jangan kaget bila tongkat itu berubah menjadi ular besar di hadapan raja Firaun nanti.
وَاضْمُمْ يَدَكَ إِلَىٰ جَنَاحِكَ تَخْرُجْ بَيْضَاءَ مِنْ غَيْرِ سُوءٍ آيَةً أُخْرَىٰ
(Dan kepitkanlah tanganmu) yang sebelah kanan, yang dimaksud adalah telapak tangannya (ke ketiakmu) yakni dijepitkan pada tubuhmu yang sebelah kiri, yaitu pada tempat antara ketiak dan lenganmu, kemudian keluarkanlah ia (niscaya ia keluar) dalam keadaan berbeda dengan warna kulit yang sebelumnya, yaitu (menjadi putih cemerlang tanpa cacat) putih bersinar dengan cemerlang sebagaimana sinar matahari, dan sinarnya itu menyilaukan pandangan mata (sebagai mukjizat yang lain) tangan itu bisa menjadi putih bersinar; lafal Baidhaa'a dan lafal Aayatan Ukhraa keduanya menjadi Hal atau kata keterangan keadaan bagi Dhamir yang terkandung di dalam lafal Takhruj.
لِنُرِيَكَ مِنْ آيَاتِنَا الْكُبْرَى
(Untuk Kami perlihatkan kepadamu) Kami sengaja melakukan hal itu bilamana kamu sewaktu-waktu mau menggunakannya, untuk memperlihatkan kepadamu (sebagian tanda-tanda kekuasaan Kami) bukti kekuasaan Kami(yang sangat besar) bukti yang besar bagi kerasulanmu. Apabila Nabi Musa hendak mengembalikan tangannya seperti semula, maka ia mengepitkannya lagi pada ketiaknya seperti yang dilakukannya semula, kemudian mengeluarkannya kembali.
اذْهَبْ إِلَىٰ فِرْعَوْنَ إِنَّهُ طَغَىٰ
(Pergilah) sebagai seorang Rasul (kepada Firaun) dan orang-orang yang mengikutinya (sesungguhnya ia telah melampaui batas)" sangat keterlaluan di dalam kekafirannya, hingga ia berani mengaku menjadi tuhan.
قَالَ رَبِّ اشْرَحْ لِي صَدْرِي
(Berkata Musa, "Ya Rabbku! Lapangkanlah untukku dadaku,) maksudnya lapangkanlah dadaku supaya mampu mengemban risalah-Mu.
Comments
Post a Comment